Mutu, atau lebih dikenal dengan kualitas memiliki peran penting dalam suatu aktivitas perekonomian, baik itu sektor produk maupun jasa.
Mutu sebagai suatu bentuk standarisasi yang secara tidak langsung ditetapkan oleh pelanggan menjadi tolak ukur kesuksesan penyedia. Hampir seluruh konsumen menempatkan kualitas daalam proses pengambilan keputusan pembelian mereka setelah faktor harga (cost). Hal ini dapat diartikan bahwa strategi pemasaran para penyedia haruslah difokuskan pada mutu produk mereka. Persaingan diantara masing-masing jenis usaha tidaklah lagi berkutat pada persaingan harga melainkan telah bergeser kepada bagaimana menyediakan produk/jasa yang berkualitas sehingga konsumen memilih untuk membeli/menggunakan produk mereka di banding produk pesaing.
Lalu bagaimanakah korelasi antara peningkatan mutu produk terhadap biaya/cost yang harus dikorbankan/dikeluarkan perusahaan?
Peningkatan mutu tentu saja bukanlah suatu hal yang kecil yang bisa dilakukan hanya dengan mengorbankan sedikit waktu, sedikit tenaga dan sedikit biaya. Perencanaan serta implementasi peningkatan mutu merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk jangka panjang. Artinya aktivitas peningkatan mutu membutuhkan waktu yang lama hingga para pelanggan bisa benar-benar menikmati produk yang bermutu tersebut. Perencanaan peningkatan mutu membutuhkan sumbang saran dari para pelanggan (biasa disebut harapan pelanggan) untuk mengetahui serta menyusun standarisasi mutu yang diinginkan pelanggan mengenai produk yang dibuat. Penelitian pendahuluan diperlukan guna mendapatkan informasi tersebut, sebelum pada akhirnya para produsen bisa merancang dan mengimplementasikan mutu tersebut pada produk yang mereka buat. Karena itulah pengembangan mutu membutuhkan pengorbanan waktu dan biaya yang cukup besar. Hal inilah yang terkadang menjadi pertimbangan utama bagi suatu produsen yang memang tidak memfokuskan mutu sebagai sales value mereka. Sehingga ketika mereka mengetahui bahwa produk mereka tidak begitu laku di pasaran, dan mereka mulai mengetahui bahwa produk mereka tidak memenuhi harapan dari para pengguna produk tersebut dan konsumen lebih memilih produk sejenis yang diciptakan perusahaan pesaing, dan akhirnya mereka menyimpulkan bahwa produk mereka “tidak bermutu”.
Terkadang para produsen berfikir dua kali, tiga kali, bahkan seribu kali untuk menerapkan quality focus pada produk mereka, terkait besarnya investasi yang harus dikeluarkan. Hal ini tentu saja akan menjadi boomerang bagi perusahaan itu sendiri, karena produk yang tidak berkualitas akan kalah bersaing di pasaran.
Beberapa dari produsen tersebut mengatakan “peningkatan kualitas akan berdampak pada peningkatan biaya produksi, dan tentu saja hal itu akan meningkatkan harga jual produk tersebut. Dan ini akan menjadi kelemahan produk kami di mata konsumen, karena produk kami dianggap mahal”.
Perlu diketahui bahwa pandangan tersebut adalah benar-benar salah…dan itu merupakan konsep produksi tradisional, yang harusnya sudah tidak lagi digunakan dalam dunia produksi.
Peningkatan kualitas produk sudah barang tentu menjadi nilai tambah bagi produk/jasa yang kita jual. Ingat, konsumen tidak lagi menempatkan harga di posisi pertama dalam pertimbangan pengambilan keputusan pembelian mereka, melainkan kualitas. Oleh karena itu, pada beberapa kasta konsumen akan berani membayar lebih mahal guna mendapatkan dan menikmati produk yang dijual. Sebagai contoh, para eksekutif muda akan berani membayar lebih mahal untuk tiket kelas eksekutif bagi penerbangan bisnis mereka. Tentu saja mereka ingin menikmati kenyamanan penerbangan mereka seperti bangku yang lebih luas, penawaran makanan yang lebih variatif, dan banyak lagi. Selain itu, produk berkualitas akan bisa menjaga hubungan baik antara produsen dan konsumen, dalam hal ini penggunaan kembali produk tersebut. Konsumen yang sudah merasa puas terhadap produ/pelayanan yang mereka anggap telah memenuhi harapan mereka sudah barang tentu akan menggunakan lagi produk tersebut dan enggan untuk mencoba produk yang lain. Hal ini akan menjadikan pelanggan tersebut pelanggan yang loyal, selama produsen tetap menjaga kualitas produk mereka. Hal penting yang perlu diperhatikan adalah diperlukan lebih banyak biaya untuk mendapatkan pelanggan baru dibandingkan untuk mempertahankan pelanggan lama, masuk akal bukan.
Ingatlah, peningkatan mutu bukan berarti penurunan keuntungan penjualan. Peningkatan kualitas justru dapat meningkatkan penjualan. Pengorbanan biaya yang besar bukanlah tak terbayar. Dengan produk yang berkualitas akan banyak konsumen-konsumen baru, akan bertambah para pelanggan loyal, maka menurunlah biaya promosi/pemasaran, dan sudah barang tentu, peningkatan keuntungan!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar